Minggu, 22 November 2015

Retorika,Monologika dan Dialogika



A.                Retorika
1.    Pengertian Retorika
Secara etimologis, retorika berasal dari bahasa Yunani, “rhetrike” yang berarti seni kemampuan berbicara yang dimiliki seseorang. Aristoteles dalam bukunya “Rhetoric” mengemukakan pengertian retorika, yaitu kemampuan untuk memilih dan menggunakan bahasa dalam situasi tertentu secara efektif untuk mempersuasi orang lain. Sedangkan menurut Gorys Keraf, retorika adalah suatu istilah secara tradisional yang diberikan pada suatu teknik pemakaian bahasa sebagai seni yang didasarkan pada suatu pengetahuan yang tersusun baik. Menurut P. Dori Wuwur Hendrikus, retorika adalah kesenian untuk berbicara baik yang digunakan dalam proses komunikasi antarmanusia.
Retorika berarti kesenian untuk berbicara dengan baik (kunst, gut zu reden atau ars bene dicendi), yang dicapai berdasarkan bakat alam (talenta) dan keterampilan teknis (ars, techne). Kesenian berbicara ini bukan hanya berarti berbicara lancar tanpa pikiran yang jelas dan tanpa isi, melainkan suatu kemampuan untuk berbicara dan berpidato secara singkat, jelas, padat, dan mengesankan. Retorika modern mencakup ingatan yang kuat, daya kreasi dan fantasi yang tinggi, teknik pengungkapan yang tepat dan daya pembuktian serta penilaian yang tepat. Retorika modern adalah gabungan yang serasi antara pengetahuan, pikiran, kesenian dan kesanggupan berbicara. Dalam bahasa populer, retorika berarti pada tempat yang tepat, pada waktu yang tepat, atas cara yang lebih efektif, mengucapkan kata-kata yang tepat, benar dan mengesankan.
Keterampilan dan kesanggupan untuk menguasai seni berbicara dapat dengan mencontoh para rektor yang terkenal (imitatio), dengan mempelajari dan mempergunakan hukum-hukum retorika (doctrina), dan dengan melakukan latihan yang teratur (exercitium). Dalam seni berbicara juga dituntut penguasaan bahan (res) dan pengungkapan yang tepat melalui bahasa (verba).

B.  Monologika
1.Pengertian Monologika
Monologika adalah ilmu tentang seni berbicara secara monolog. Dalam monologika hanya satu orang yang berbicara kepada seorang lain atau kepada sekelompok orang. Komunikasi dalam proses berpidato lebih bersifat satu arah, sebab hanya seorang yang berbicara, sedangkan yang lain mendengar. Bentuk-bentuk yang tergolong dalam monologika adalah pidato dan ceramah
·         Pidato
Pidato adalah sebuah kegiatan berbicara di depan umum atau berorasi untuk menyatakan pendapatnya, atau memberikan gambaran tentang suatu hal.
·         Ceramah
Ceramah adalah pidato yang bertujuan memberikan nasehat dan petunjuk-petunjuk sementara ada audiensi yang bertindah sebagai pendengar. Ceramah dapat dilaksanakan kapan saja, tidak ada rukun dan syaratnya, tidak ada mimbar tempat khusus pada pelaksaannya, waktu tidak dibatasi dan siapapun boleh berdakwah, dapat dilakukan dengan cara kreatif dan inovatif 

C. Dialogika
  1.Pengertian Dialogika
Dialogika adalah ilmu tentang seni berbicara secara dialog, dimana dua orang atau lebih berbicara atau mengambil bagian dalam satu proses pembicaraan. Bentuk dialogika yang penting adalah diskusi, tanya jawab, percakapan dan debat.
-          Dialogika spisialis : dialog antar 3 - 4 orang/ kelompok kecil.
-          Dialogika generalis : antar banyak orang/ kelompok besar.
·         Diskusi
Diskusi berasal dari kata bahasa latin: discutere, yang berarti membeberkan masalah. Dalam arti luas, diskusi berarti memberikan jawaban atas pertanyaan atau pembicaraan serius tentang suatu masalah objektif.
·         Tanya Jawab
Tanya jawab adalah proses dialog antara orang yang mencari informasi dengan orang yang memberikan informasi. Pemberi informasi adalah seorang ahli, yang menjadi specialis dalam suatu bidang tertentu, atau yang dianggab mengenal dan mengetahui suatu masalah secara baik. Dalam proses komunikasi ini, sipenanya mengemukakan pertanyaan sedemikian rupa, sehingga orang yang ditanya memberikan informasi atau jawaban. Jumlah orang yang bertanya dapat hanya satu orang atau lebih dari satu orang, bahkan tak terbatas jumblahnya. Ada tiga bentuk tanya jawab, yaitu interview, konferensi pers, dan tanya jawab pengadilan.
·         Debat
Debat merupakan kegiatan adu argumentasi antara dua pihak atau lebih, baik secara perorangan maupun kelompok, dalam mendiskusikan dan memutuskan masalah dan perbedaan. Secara formal, debat banyak dilakukan dalam institusi legislatif seperti parlemen, terutama di negara-negara yang menggunakan sistem oposisi. Dalam hal ini, debat dilakukan menuruti aturan-aturan yang jelas dan hasil dari debat dapat dihasilkan melalui voting atau keputusan juri.





2.Sarana-Sarana Dialogika
   Dibawah ini dijelaskan dua sarana yang dapat dipergunakan dalam dialogika untuk mempertinggi efektivitas komunikasi retoris.
Ø  Mendengarkan
Mendengar adalah sikap yang penting dalam proses dialog dan diskusi. Setiap perserta dalam diskusi selalu berganti peranan antara berbicara dan mendengar.
a.       Skema Mendengar
Skema mendengar - dilihat dari segi pendengar - dapat dirumuskan sebagai berikut:
“siapa mendengar dan mengerti, dimana, kapan, apa, bagaimana, tentang apa, mengapa, unutk apa, dari siapa, dan berapa lama”
b.      Sikap Mendengar
Mendengar yang sesungguhnya menuntut kesabaran. Oleh karena itu, konsentrasi atas kata-kata pembicaraan itu erat hubungannya dengan mendengar secara tepat. Kata-kata yang secara akustis terdebgar dengan tepat akan mempermudah pendengar untuk menangkap maksud pembicara. Dalam proses mendengar, manusia diwarnai oleh sejumlah faktor seperti pendidikan, pengalaman, pengetahuan, perhatian, relasi, dan sikap batin.
c.       Seni Mendengar
Beberapa petunjuk di bawah ini dapat dijadikan pedoman dalam mendengar:
-   Syarat dasar, keadaan rohani dan jasmani harus bebas, tanpa tekanan.
-   Binalah sau sikap setia untuk mendengar segala pikiran pribadi dijauhkan. Perhatikanlah dan arahkanlah konsentrasi pada pembicara.
-   Perhatikan dan berikan penilaian atas analisis masalah pembicara
-   Berikan penilaian atas argumentasi dan proses pembuktian pembicara
-   Berikan penilaian atas tuntunan yang ditujukan kepada perasaaan pendengar
-   Konsentrasikan perhatian pada bahasa pembicara
-   Carilah pokok pikiran pembicara untuk menemukan maksud dan tujuannya
-   Cobalah menemukan skema dari pembicaraan
-   Berusahalah menilai contoh-contoh konkret yang menopang pendapatnya
-   Bandingkan analisis masalah yang dikemukakan pembicara dengan pengetahuan yang anda miliki tentang masalah yang sama
-   Jangan hanya mendengar secara selektif, tetapi juga secara global, sehingga dapat menilai secara objektif dalam arti dapat menemukan hal-hal yang bernilai atau tak bernilai, hal-hal yang cocok atau tidak cocok dan hal-hal yang tepat atau tidak tepat.
Ø  Taktik-Taktik Retoris
Dalam uraian berikut ini akan dijelaskan sejumlah taktik yang dapat membantu untuk mencapai sasaran dan tujuan secara efektif dalam proses komunikasi retoris.
a.       Taktik Afirmasi
- Taktik “Ya”
- Taktik Mengulang
- Taktik Sugesti
- Taktik Kebersamaan
- Taktik Kompromi
- Tampak Konsensus
b.    Taktik Defensif
       - Taktik Menunda
       - Taktik Mengelak
       - Taktik “Ya..tetapi”
       - Taktik Mengangkat
       - Taktik Berterima Kasih
       - Taktik Merelativasi
       - Taktik Menguraikan
       - Taktik Membiarkan
c.     Taktik Ofensif
       - Taktik Antisipasi
       - Taktik  Mengagetkan
       - Taktik Bertanya Balik
       - Taktik Provokasi
       - Taktik Mencakup
       - Taktik Melebih-lebihkan
       - Taktik Memotong
d.    Taktik Negasi
       - Taktik “tidak”
       - Taktik Kontradiksi



D. Pembinaan Teknik Berbicara
     Efektivitas monologika dan dialogika tergantung juga pada teknik bicara. Teknik bicara merupakan syarat bagi retorika. Oleh karena itu, pembinaan teknik bicara merupakan bagian yang penting dalam retorika. Dalam bagian ini perhatian lebih diarahkan pada pembinaan teknik bernafas, teknik mengucap, bina suara, teknik membaca dan bercerita.

Analisis Kesalahan Kesalahan Seorang Pembicara

BAB I
PENDAHULUAN


A.    Latar Belakang
  Pada umumnya, seorang pembicara di depan publik selalu menjadi pusat perhatian karena semua pandangan dan perhatian tertuju kepadanya. Apalagi bagi orang yang suka memperhatikan keistimewaan dan kelemahan orang lain. Perhatian yang bersifat negatif akan hilang apabila ia menawan hati pendengar karena memancarkan kekuatan, kejelasan, kehalusan, sikap yang penuh pertimbangan dan manusiawi. Perhatian pendengar terhadap pembicara tergantung pada keterampilan berbicara, ketepatan berargumentasi dan daya meyakinkan yang dipancarkannya.Namun sering kali seorang pembicara melakukan kesalahan-kesalahan ketika berbicara didepan umum.Kesalahan itu terjadi disadari maupun  tidak disadari oleh pembicara. Akan tetapi, jika kesalahan itu terlalu mencolok, sehingga menjadi suatu penyimpangan, maka keefektifan komunikasi akan terganggu.Pada makalah ini akan dibahas mengenai analisis kesalahan pembicara.

B.     Batasan Masalah
Adapun batasan masalah makalah Analisis Kesalahan Seorang Pembicara ini adalah apa saja yang menjadi kesalahan-kesalahan seorang pembicara ketika berbicara di depan umum.

C.    Rumusan Masalah
 Berdasarkan latar belakang tersebut, rumusan masalah dalam makalah ini sebagai berikut.
1.      Apa saja kesalahan-kesalahan dalam mengolah pidato?
2.      Apa saja kesalahan-kesalahan  organisatoris?
3.      Apa saja kesalahan-kesalahan  dalam penampilan dan sikap?
4.      Apa saja kesalahan-kesalahan  dalam berbicara?
5.      Apa saja kesalahan-kesalahan  dalam hubungan dengan pendengar?
6.      Apa saja kesalahan-kesalahan  dalam hubungan dengan teks atau manuskrip?
7.      Apa saja kesalahan-kesalahan dalam membawa pidato?
8.      Apa saja kesalahan kekurangan-kekurangan pribadi?
9.      Apa yang dimaksud kesalahan dialek?

D.    Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari makalah ini, adalah:
1.      Untuk meningkatkan pengetahuan mengenai apa saja kesalahan-kesalahan seorang pembicara yang terkadang tidak disadari oleh dirinya sendiri.
2.      Untuk meminimalisir kesalahan-kesalahan yang mungkin akan terjadi.
E.     Manfaat Penulisan
1.      Untuk mengembangkan kemampuan berbicara di depan umum dengan menggunakan analisis kesalahan-kesalahan berbicara.



 BAB II
PEMBAHASAN



A.      Analisis Kesalahan-Kesalahan Seorang Pembicara
1.      Kesalahan dalam Mengolah Pidato
·         Pidato tidak cukup menjelaskan pokok-pokok penting.
·         Kekurangan informasi sebelumnya mengenai situasi pendengar
·         Faktor-faktor yang menimbulkan keributan tidak diperhitungkan sebelumnya

2.      Kesalahan Organisatoris
·         Media-media pembantu tidak direncanakan secara optimal.
·         Tidak mengambil kesempatan sebelum ceramah untuk berkontrak dengan para pendengar.
·         Tidak menyiapkan teks yang cukup bagi para pendengar.
·         Tidak memperhatikan keadaan terang dan ventilasi udara di dalam ruangan ceramah.
·         Tidak mencoba dan mengecek alat-alat teknis sebelum berpidato.

3.      Kesalahan dalam Penampilan dan Sikap
·         Penampilan yang tidak bersemangat.
·         Kurang ada kontak mata dengan para pendengar.
·         Hanya mengarahkan mata dan perhatian pada satu titik/ tempat di dalam ruangan.
·         Gerak-gerik yang tidak terkontrol.
·         Tangan dimasukkan ke dalam jaket atau saku celana.
·         Berdiri sambil memeluk perut pada mimbar.
·         Penampilan yang sombong dan pongah.
·         Tidak tenang, melenggang ke sana ke mari.
·         Penampilan yang sombong.
·         Menunjukkan kejenuhan dan kebosanan atau tanpa perhatian.
·         Pengantar yang salah ke dalam tema.

4.      Kesalahan dalam Berbicara
·         Terlalu banyak mengulang.
·         Tempo bicara yang terlalu cepat.
·         Mengkopi kebiasaan pembicara lain.
·         Teknik bicara yang buruk (suara, tekanan, ritme, dan lain-lain).
·         Suara yang monoton, tidak ada tinggi rendahnya.
·         Bicara tidak jelas (artikulasi tidak jelas, menelan suku kata).
·         Terlalu banyak bunyi antara yang mengganggu, sebagai tanda bahwa orang tidak menguasai bahan. Misalnya: eh, a, e..
·         Kurang terampil mengatasi kesulitan bila kehilangan jalan pikiran.
·         Terlalu sering menegur atau menyinggung seorang wanita.
·         Tekanan yang salah atau buruk pada kata-kata.
·         Penggunaan dan penerapan kata-kata asing yang salah.

5.      Kesalahan dalam Hubungan dengan Pendengar
·         Terlalu sedikit visualisasi.
·         Terlalu sedikit contoh yang memberi kesegaran.
·         Terlalu sedikit pause diantaranya.
·         Kurang mempertimbangkan harapan dan keinginan pendengar.
·         Tidak cukup menanggapi keberatan-keberatan yang dikemukakan.
·         Tidak cukup awal mengenali masalah yang membuat pendengar merasa payah.
·         Tidak berbicara dengan bahasa pendengar.
·         Menceritakan lelucon yang tidak pada tempatnya.

6.      Kesalahan dalam Hubungan dengan Teks atau Manuskrip
·         Terlalu banyak pikiran asing-terlalu sedikit pikiran sendiri.
·         Menggunakan rumusan yang terlalu sulit dimengerti.
·         Kalimat-kalimat terlalu panjang
·         Bahan kurang umum dan terlalu mendetil.
·         Teks dicetak terlalu rapat dan dengan huruf kecil.
·         Bagian yang penting dan mempunyai arti khusus tidak diperhatikan
·         Tidak ada benang merah.
·         Kekurangan diagram dan grafik.
·         Terlalu banyak bahan yang dibicarakan (terlalu luas).
·         Terlalu menyimpang dari tema yang ditetapkan.
·         Seruan akhir yang tidak tepat sasar
·         Tidak ada rangkuman pada akhir uraian

7.      Kesalahan dalam Membawakan Pidato
·         Terlalu jelas menunjukkan rasa takut dan cemas.
·         Kurang konsentrasi terhadap warta/pesan yang mau disampaikan, karena terlalu banyak berkecimpung dengan masalah pribadi.
·         Membuka halaman pidato terlalu keras (apalagi kalau mikrofon peka).
·         Terlalu terikat pada teks, tanpa kadang-kadang bicara bebas.
·         Dalam pembeberan kurang ada selingan seperti anekdot, lelucon, atau visualisasi.
·         Pidato diawali dengan permintaan maaf.
·         Sudah mulai berbicara, meskipun suasana belum tenang.
·         Kesulitan waktu memberi salam kepada para pendengar.
·         Pidato itu terlalu sempurna sehingga menjadi steril.
·         Ketiadaan pertanyaan-pertanyaan retoris.
·         Berdiri terlalu jauh dari mikrofon, sehingga suara tidak jelas.
·         Gerak-gerik dan mimik kurang menyokong ucapan-ucapan.
·         Kekurangan teknik untuk menurunkan rasa tegang pada pendengar.

8.      Kekurangan-kekurangan Pribadi
·         Pandangan mata yang tidak terkontrol, sarkastis, terlalu sungguh-sungguh, selalu tertawa, dahi selalu berkerut dan lain-lain
·         Memukul podium terlalu kuat.
·         Kelihatan mengantuk, nervus dan tegang
·         Cepat gugup dan cemas kalau ada seruan di tengah pidato.
·         Tidak ada dinamika
·         Berbicara membosankan
·         Menunjukkan kelainan pada diri seperti menggaruk-garuk telinga, menggaruk-garuk kumis atau janggut, menggigit bibir, mempermainkan kancing baju dan lain-lain.

9.      Kesalahan Dialek
            Dialek menurut Hartmab dan Stork ( 1972 ) , adalah sejenis kelainan bahasa yang berbeda dari segi pengucapan , tata bahasa dan kosa kata dari bahasa standar . Pengaruh bahasa dialek begitu menebal mempengaruhi sistem suara.Bahasa dialek sebenarnya adalah tradisi lisan setempat.Kesalahan dapat terjadi akibat kebiasaan berbahasa ( language habit ) yang salah sehingga terjadi kesalahan berbicara Kebiasaan berbahasa ini terjadi secara spontan dan biasanya sukar dihilangkan kecuali lingkungan bahasanya diubah misalnya dengan menghilangkan stimulus yang membangkitkan kebiasaan itu.  Dan dapat juga terjadi karena perbedaan struktur bahasa ibu dengan bahasa yang digunakannya dalam pergaulan atau komunikasi resmi. Misalnya dengan adanya perbedaan antara bahasa ibu Sunda atau Jawa dengan bahasa Indonesia, maka akan terjadi interferensi dari bahasa kesatu ke bahasa kedua. Kesalahan karena kasus dwibahasawan ini misalnya kata gaji oleh orang Sunda diucapkan gajih , kata akan  oleh orang dari suku Jawa diucapkan jadi  aken  dan sebagainya.